Wednesday, April 15, 2009

Merancang Placebo






In one startling drug study in the 1980s, a young woman who had been virtually homebound by the energy-sapping effects of chronic fatigue syndrome had a miraculous recovery.
But, it wasn't the drug that cured the patient – she was in the trial group that was taking sugar pills. It was the "placebo effect," — a well-documented phenomenon that has intrigued doctors for decades.
When patients believe a drug will help them, they sometimes heal themselves.
By SUSAN DONALDSON JAMES – ABC News on Columbia and Michigan Study Is First To Show Placebo-Induced Pain Relief in Humans.

Zubieta used PET brain scanner to take pictures of the placebo effect in action for the first time, confirming what scientists had suspected for decades: In the patients who said the placebo relieved their pain, he saw that the brain did indeed produce its own natural pain-killing chemicals. Called opioids, these chemicals plug into tiny "sockets" on nerve cells, called mu-opioid receptors, the same way medications like morphine do -- dulling or eliminating feelings of pain.
As reported in Discover magazine,


Placebo adalah istilah medis untuk sejenis obat dan sistem pengobatan ‘jadi-jadian’. Ada terlalu banyak orang yang sudah sangat tergantung dengan perspektif pengobatan medis sehingga tidak dapat menerima, dan akan merasa lebih sakit ketika diberitahu bahwa sebetulnya penyakitnya sangat dapat disembuhkan tanpa obat atau dengan cukup istirahat, dan gaya hidup yang lebih teratur dan rileks. Pasien-pasien ini secara berangsur-angsur menjadi sehat begitu disuntik, diberi obat atau dioperasi, meskipun tanpa sesuatu yang betul-betul obat secara medis dibalik itu. Hanya cairan garam, pil berselaput gula, atau bahkan pembedahan tanpa pemotongan organ dalam.

Melalui berbagai kejadian dan eksperimen, Placebo terbukti telah menyumbangkan sekitar 35-75 % dari tingkat kesembuhan terhadap berbagai jenis penyakit. Kesembuhan ini, dilansir tidak hanya diakibatkan hanya oleh obat Placebo, namun juga hal-hal yang diluar itu. Kesungguh-sungguhan tindakan pelayanan dan pengobatan team medis (meskipun mereka memberikan tidak lebih dari obat dan pengobatan Placebo), termasuk pembawaan dan tindakan-tindakan lain yang menggugah keinginan dan harapan sembuh dari sang pasien tercatat memberikan kontribusi terhadap efek Placebo.

Placebo dan efek Placebo seperti ini saya pikir tidak hanya hidup hanya dalam dunia medis. Banyak hal yang sebetulnya kita lakukan, kita rancang, bisa jadi adalah Placebo. Hal ini bisa jadi berlangsung secara tidak disengaja (baca – sadar). Karena keterbatasan pengetahuan, keterbatasan wewenang, atau ada faktor X yang sebetulnya beyond semua perhitungan dan kesadaran perancangan. Ada beberapa kasus dimana desainer betul-betul mengevaluasi proses produksi, distribusi dan dampak dari rancangannya, namun sebagian besar dari desainer seringkali sudah berada entah dimana, bukan karena tidak peduli, namun – entah karena permasalahan otoritas, budget atau lainnya - tidak berhasil menjadikan dampak tersebut sebagai tanggung jawabnya.
Sama seperti seorang yang yakin terhinggapi ‘penyakit’ dikarenakan keyakinan medisnya, terdapat latar belakang yang sudah begitu rumit dan sedemikian membudaya sehingga seringkali desainer merancang karena merasa harus merancang begitu saja. Dalam situasi ini, proses dan aktifitas perancangan seringkali berjalan tanpa benar-benar tersadari. Jauh dari kesadaran mengenai duduk permasalahan, solusi atau bahkan dampaknya.

Sebaliknya, hal ini bisa terjadi secara disengaja. Saya barangkali bukanlah orang satu-satunya yang pernah merancang untuk project 'boong-boongan'. Sejenis proyek yang banyak dilakukan di Indonesia (dulu, saya gak tahu kondisinya sekarang), yang tujuan utamanya tidak lain hanyalah sebagai instrumen penggolan dana anu, penggeseran kekuasaan atau sesuatu yang sangat berupa tujuan pribadi atau sekelompok kecil orang di satu instansi/ organisasi. Jenis project yang tidak pernah betul-betul diharapkan memberikan solusi terhadap sebuah permasalahan karena memang permasalahannya juga adalah permasalahan bo’ongan. Proyeknya juga proyek bo’ongan, kalo ada desain disitu, ya pastinya juga desain bo’ong-bo’ongan. Tidak akan ada dampak yang betul-betul signifikan. Ini barangkali sama seperti kasus dimana perancang dan team desain memposisikan efek dari sebuah rancangan, sebagai sesuatu yang sepertinya tidak akan pernah ada. Well prepared placeboes.

Berita jeleknya adalah bahwa ada dan bahkan barangkali sebagian besar dari apa yang kita rancang - tidak peduli seberapa bagus atau jeleknya hal tersebut - bisa jadi adalah Placebo karena kita tidak pernah sepenuhnya menemukan kesadaran mengenai hal-hal yang kita lakukan dan tidak kita lakukan itu. Kita tidak pernah betul-betul dalam keyakinan yang tetap mengenai apa sebetulnya yang memberikan efek dari rancangan kita? Apakah bagian fisik, metafisik?, media? Informasi? Proses, atau lainnya? Mungkin karena itu juga peradaban kita ini tidak pernah benar-benar berubah sebagaimanapun kita jungkir balik merancangnya. Lucu dan ronik.

Berita bagusnya adalah bahwa penilaian fungsional, pendefinisian dan kekaburan sesuatu sebagai Placebo atau bukan Placebo, barangkali tidak lebih penting dari fakta bahwa kita telah hidup dan survive melaluinya. Kita bisa jadi tidak pernah tahu pasti apakah sebuah kejadian betul-betul merupakan efek dari rancangan kita, namun kita tahu pasti, ada sesuatu ketika rancangan tersebut diproses yang memberikan kontribusi terhadap diri kita, team desain dan mungkin orang lain diluar itu.

Ternyata diantara ketidakbisaan membedakan sesuatu itu Placebo atau bukan Placebo, diantara ketidak tahuan dan ketidak sadaran apakah penyakit hidup kita benar-benar membutuhkan obat desain, kita ternyata telah dan tengah melaluinya.

Kita hidup begitu saja. Belanja sana sini, kongkow-kongkow, merancang media, teknologi, mendapatkan uang darinya, menghidupi keluarga, merancang dan merancang lagi, begitu seterusnya dan seterusnya. Ajaib, bukan?.

Bahwa, tulisan ini mungkin juga akan menjadi Placebo?, weleh-weleh…
I wrote it anyway.

1 comment:

  1. wah sangat keren endingnya....
    bener oge nya bos, urang karek nyaho bahwa ada namanya fenomena seperti ini.
    meureun hidup yang tidak dipertanyakan adalah placebo kitu? jadi masih tetap layak untuk diteruskan, da placebo adalah realitas hirup ieu oge meureun nya...
    ah berarti urang teu jadi ah bunuh dirina. HAHAHAHA....

    ReplyDelete