Tuesday, April 21, 2009

Komikku, kover buku tulisku

Sejak SD saya senang komik. Bukan hanya membacanya, namun juga mengagumi kehebatan gambar dan (di kemudian hari saya mengenalnya sebagai) desain visual. Saya terpesona dengan bagaimana komikus membayangkan dan menggambarkan karakter demi karakter; ekspresi, fashion, gestur tubuh, adegan, dengan pas. Sampe sekarang pun saya masih berpikir komik adalah satu buku dengan kualitas yang paling artistik secara desain diantara jenis-jenis buku lain.

Biasanya di setiap beberapa halaman komik-komik terjemahan ini, diselipkan halaman iklan. Ada iklan produk non-komik (yang ini biasanya disimpan di halaman terakhir-snack, es krim, dsb), ada juga iklan komik lain dari penerbitan yang sama. Iklan komik ini biasanya sederhana sekali. Hanya berupa desain kover dari komik baru tersebut yang dibubuhi informasi tambahan seperti Stop Press!, Segera Terbit! atau lainnya. Ada yang berwarna, ada yang tidak. Saya senang keduanya karena selain saya bisa langsung tahu identitas komik baru tersebut, gambar nya pun lebih dramatis (dibanding di halaman isi yang harus desek-desekan sama frame dan balon kata).


























Waktu itu saya ingat, setiap siswa diwajibkan menyampul buku tulisnya. Setelah beberapa saat menimbang dan mengukur (halah) kelarlah pikiran ini, “Wah, kayaknya bakal asyik tuh kalo buku tulis saya disampuli iklan-iklan komik ”. Kekaguman saya terhadap komik, dorongan mengkoleksi, keinginan untuk beda dan dan juga pengen ‘ngirit’, akhirnya melahirkan ide untuk menyampuli buku tulis saya dengan gambar dan dari iklan komik.

Jadi setelah saya pilih dengan ekstra hati-hati dan penuh perhitungan, saya robek halaman iklan tersebut. Kadang saya memotong dan merekatkan dua halaman iklan biar sampulnya bisa full gambar sampe ke belakang. Lalu saya sampulkan ke buku tulis yang saya punya, lengkap dengan sampul plastik beningnya.






























Wuiiihhh, senengnya punya sampul buku beda kayak gitu. Saya pamer-pamerin ke anak-anak kelas. Gak terlalu mikirin kalo koleksi komik saya jadi berantakan, gak terlalu mikirin apa anak-anak lain banyak yang ngerti atau nggak sama kesenengan itu, gak terlalu mikirin kalo suatu saat kemudian saya bakal kena hukuman dari guru.

Hwuekekek…. Yaaah, namanya juga anak-anak ;->.

No comments:

Post a Comment