Saturday, November 22, 2008

Ecofont: Huruf ramah lingkungan

"After Dutch holey cheese, there now is a Dutch font with holes as well."






Angkat topi untuk Sprang, studio desain dari kota keju, Belanda yang telah merancang huruf ramah lingkungan: Ecofont. Huruf yang dapat mengurangi penggunaan tinta printer dan toner up to 20% dibanding huruf-huruf biasa.


Desain hurufnya sendiri dikembangkan dari Vera Sans, fonts opensource, yang strokenya dibuat bolong/ dilubangi layaknya keju Belanda. Tidak dibutuhkan tinta untuk mencetak sebuah bolong/lubang, inilah ide sederhana sehingga penghematan dapat dilakukan.






Dengan begitu, desainer, percetakan, atau siapapun pengguna dan pencetak font dapat berhemat biaya (untuk membeli tinta dan toner tersebut), berhemat environmental cost yang harus dikeluarkan setiap kali kita membuat sesuatu.

Hey. Ada versi gratisnya! Download sekarang juga dari sini.
Read more!

Thank God There's Deadline!

Bila anda seorang desainer grafis, penulis, pencipta musik atau bidang kreatif lainnya, pasti anda pernah mengalami saat-saat dimana sepertinya karya anda tidak akan pernah selesai. Anda menemukan kombinasi warna baru yang karenanya menuntut perubahan susunan komposisi. Perubahan ini kemudian menuntus penyesuaian elemen nada, ritme dan lainnya. Yang kemudian, disaat anda bangun dari tidur sebentar anda mungkin, memperoleh inspirasi baru entah dari mana (mungkin dari blog ini ;-)). Clingg! anda merasa telah melakukan hal yang salah dan musti melakukan perancangan dari awal.

Terdapat pertimbangan inovasi, terdapat diferensiasi material, sumber daya manusia, motivasi, teknologi -struktur masalah- yang membuat tidak peduli seberapa lengkap kita merasa telah mempertimbangkan sebuah masalah, pengembangan solusi desain nampak seperti sebuah aktifitas menumbuk atom. Selalu ada bagian lebih kecil, yang saling berkaitan dengan bagian lain dalam konstelasi multidisipliner. Ketemu sosiologi, ketemu antropologi, ketemu ekonomi, teologi, dan lain sebagainya.

Dan anda tahu? sama seperti mengakhiri proses rumit ini secepat mungkin, atau menelusuri tumbukannya sejauh mungkin, tidak ada satupun yang dapat menjamin bahwa solusi desain tersebut akan lebih baik. Saya pernah mengerjakan satu proyek yang cukup panjang (satu tahun lebih), dimana bahkan di akhir proyek tersebut saya tidak merasakan bahwa solusi desain yang saya kerjakan adalah yang paling 'optimal' dalam merespon permasalahan.

Tidak peduli seberapa sepat atau lambat proses desain anda lakukan, akan selalu terdapat satu momen dimana solusi desain -yang bahkan secara kolektif telah diakui sebagai sesuatu yang 'optimal'- sebetulnya hanyalah adalah solusi yang optimal dalam kurun waktu pengerjaannya. Tidak di waktu yang lain.

Melalui situasi ini saya mempelajari beberapa hal. Betapa deadline -secara sadar atau tidak, melalui instruksi atau self intiated- tidaklah pernah berarti 'hanya' deadline.Ini adalah sebuah kebutuhan dari setiap proses desain. Salah satu yang membuat sebuah proses menyediakan waktu untuk berimprovisasi dan ber-rekreasi (dengan adanya pemberhentian dari proses tersebut), dua hal yang memberikan kontribusi penting dalam pengembangan proses tersebut. Saya bisa memahami bahwa di titik ini desain adalah sebuah seni, bukan hanya sains. Saya juga dapat memahami bahwa pada dasarnya kita semua butuh Deadline, dan betapa keberadaan hal tersebut adalah sama pentingnya dengan proses itu sendiri,

Pastinya, saya dapat menghargai keberadaan sebuah Deadline yang layak, tidak peduli betapa relatifnya makna dari kata-kata tersebut.
Read more!

Wednesday, November 19, 2008

Design Great Debates. Cheers!

Menarik mengikuti diskusi di sesi awal perkuliahan Identitas Visual di hari Jum'at yang lalu (lha, kok saya baru postingnya sekarang, ya?). Dimulai dengan presentasi mengenai Logo Design How to (oleh Aang dan Rizal kalo tidak salah), dilengkapi dengan contoh yang beragam, sampai akhirnya tiba pada pro dan kontra mengenai 'apakah terdapat semacam 'standar' dalam pemrosesan sebuah logo?'.

Sebagian peserta kuliah dengan tegas menyatakan: Tidak ada standar dalam kreatifitas, demikian pula dalam desain. Beberapa yang lain menyangsikan, "Masa sih segitunya, kan desain juga ada deadlinenya, ada pemesan, ada proses yang rumit, ada banyak sekali pertimbangan yang mendorong dibuatnya 'standarisasi'?."

Kontroversi. And guess what?. Tidak peduli akan ada berapa banyak lagi buku dan formula mengenai desain, tidak peduli ada berapa banyak 'gerakan anti-formula desain', proses pendefinisian desain dan kreatifitas akan terus berlangsung seperti ini. Pertanyaannya adalah: akankah kita menikmati dan memahaminya?.

Cheers for the great(er) debates!.

Read more!

Thursday, November 13, 2008

Logo adalah Jangkar (Part II)

Ada setidaknya dua hal paling dekaden dalam branding ketika anda memiliki sebuah logo. Pertama; merasa bahwa desain logo adalah sesuatu yang terpisah dengan desain media-media lain dari brand anda. Kedua; merasa bahwa 'kewajiban' anda dalam (visual) branding telah selesai.

Ini adalah hal-hal paling berbahaya simply karena anda tidak lantas memiliki kapal hanya dengan membuat jangkar. Seperti juga berbahaya untuk mempunyai sebuah jangkar yang asal ada.

Anda tidak akan mendapatkan persepsi identifikasi dan identitas brand yang kuat hanya melalui sebuah logo. Apalagi, bila logo anda dirancang sebagai sesuatu yang terpisah dengan arahan desain media-media lain yang dibuat brand anda. Apakah logo Apple akan berjaya bila yang diproduksi oleh Apple hanyalah logonya saja? Apakah logo Apple akan berfungsi optimal bila Apple tidak menginjeksikan filosofi simplisitas kedalam desain atribut brand, branding dan produk, yang dengan demikian mengembangkan arahan desain yang kurang lebih sama untuk desain logonya?

Sama seperti kapal laut, identitas visual adalah satu sistem dimana banyak bagian (media) beroperasi, saling terkait dan berbagi fungsi. Sebuah logo, hanya akan berfungsi bila terdapat media-media lain; poster, fashion, product, packaging, dsb. Dia akan menjangkarkan media-media ini. Tanpa logo, media-media dengan kemungkinan desain yang bervariasi ini akan lebih sulit diidentifikasi demikian pula sebaliknya, hampir mustahil (kecuali tentunya untuk produk-produk eksperimental) sebuah logo dapat bertahan bila tidak ada media lain untuk dijangkarkan. Logo dan sistem desain Apple, hanyalah salah satu saja dari banyak sekali contoh dimana fungsi dari logo ini pun akan menguat bila media-media lain ini didesain dengan arahan yang terintegrasi. Tidak terpisah. Karena keduanya, logo dan media visual lainnya, dilandaskan dari visi brand, positioning, diferensiasi dan image yang sama.

SO, please don't be such naive
untuk terlalu sumringah atau bahkan mengkritik habis-habisan keberadaan sebuah logo. Mending alokasikan konsentrasi anda untuk memeriksa bagaimana nasib desain media-media lain dari brand tersebut? Apakah terdapat arahan desain yang terintegrasi? Apakah sewaktu logo didesain, dipikirkan pula arahan yang kurang lebih sama untuk desain media-media ini? Apakah positioning, visi, dan terutama: personalitas brand -selain setumpuk 'standarisasi' teknis pemrosesan- melandasi desain logo tersebut?

Anda merayakan, atau mengkritik, atau mencaci maki -menghabiskan konsentrasi penuh- untuk sesuatu yang di bayangan anda adalah Kapal Laut. Padahal yang anda miliki hanyalah sebuah logo. Jangkar. Sesuatu yang tanpa kapal laut, sampai kapanpun tidak akan mempunyai manfaat
. Damn!. What a waste.
Read more!

Monday, November 10, 2008

Desain adalah Teamworking

Sejak desainer tidak merancang untuk dirinya. Sejak karya desain membutuhkan 'pemakai' , 'pemesan' -partisipasi dari 'stakeholder' ini- dalam bentuk 'approval' atau lainnya, maka sejak itulah Desain adalah Teamworking. Dalam banyak situasi seperti ini, posisi desainer -bila dikaitkan dengan otoritas keputusan desain- seringkali bahkan kecil saja.

Pujian untuk desainer dengan begitu adalah juga pujian untuk klien, dan juga pujian untuk sekelompok orang-orang yang secara langsung atau tidak, berpartisipasi dalam proses desain tersebut.

So, bila suatu saat anda merasa desain anda gagal, tengoklah bukan hanya desainer anda tapi juga seluruh individu yang terlibat. Siapa tahu, mungkin justru anda sendiri yang membuat desain anda gagal ;-).
Read more!

Saturday, November 08, 2008

Innovation Hippie

Apakah semua orang tertawa senang ketika Evan Williams memutuskan untuk membuat jaringan jurnal online yang kemudian disebut sebagai Blog?. Apakah orang-orang merasa bahagia ketika Steve Jobs balik ke Apple dan merevolusi apa yang kita sebut sebagai komputer, termasuk desainnya?

Tidak. Hanya sebagian kecil saja yang merasakan inovasi tersebut sebagai jawaban dari permasalahan hidup mereka (perhatikan, orang-orang seperti ini memang selalu mengakui adanya permasalahan dalam hidup mereka). Sebagian besar dari kita sinis, skeptis, curiga dan tidak mengakui keberadaan inovasi tersebut. Kita punya lebih banyak ketakutan, keterbatasan, dan alasan untuk tidak melepaskan status quo yang sebetulnya keliru daripada memupuk pemahaman yang relevan, dan berusaha membuka diri terhadap manfaat dari sebuah inovasi

Kini sebagian besar dari pengkritik merasakan kesulitan yang cukup besar dalam memenej lingkungan sosialnya bila tetap mempertahankan sikap sinis, skeptis dan curiga mereka terhadap inovasi-inovasi tersebut. Kini ada lebih banyak orang dari perkiraan Evan dan Steve yang berlomba memiliki komputer apple rilisan terbaru. Orang-orang yang akan ngeblog ketika bahkan mereka tidak tahu topik apa yang cukup relevan untuk ditulis dalam blognya. Orang-orang ini adalah -tidak peduli dengan sedahsyat apa mereka merespon ketinggalannya- bukanlah innovator. Mereka adalah Follower. Kaum hippies novasi. Orang-orang yang berpindah dalam sekejap -dan hanya dapat memutuskan untuk berpindah- ketika sebuah inovasi menjadi lebih meriah dari sebelumnya.

Ada lebih banyak follower daripada leader di muka bumi ini. Kita tahu pasti siapa yang mendapatkan kejayaan, dan dari siapa hal tersebut diperoleh.
Read more!

We are all designer


















Kita menulis di buku catatan kita, menggambarinya, menambahkan dekorasi agar terlihat menarik dan memberikan buku tersebut sampul yang manis. Kita memilih warna yang kita rasa cocok untuk kamar, pagar, dan dinding rumah kita. Kita menandai dan membuat elemen-elemen visual menjadi representasi personalitas kita. kita berkomunikasi. Kita bahkan menarik aktifitas komunikasi ini sedikit lebih jauh ketika membuat undangan pertemuan RT/RW atau ulang Tahun, atau membuat tulisan 'Awas ada Anjing Galak' untuk ditempelkan di pagar rumah kita.

Tidak peduli sekecil apa, we're design our own communication artwork.
Dengan cara, waktu, skill dan pengetahuan yang kita punyai kita melakukan sesuatu yang disebut sebagai 'Desain Grafis'. Kita semua mempunyai -dengan kualitas yang berbeda- Kebiasaan Grafis. Kita semua pernah, sedang dan telah melakukan aktifitas-aktifitas ini, berkali-kali, menyusun bagian demi bagian dari apa yang disebut sebagai Budaya Grafis, yang secara langsung atau tidak, menjadi representasi dari diri, komunitas, negara dan bangsa kita.

Semua aktifitas vernakular berjalan sesederhana itu.
Read more!

Monday, November 03, 2008

Emang standar harganya berapa sih?

Tidak mudah menjawab pertanyaan mengenai standar harga jasa desain grafis. Saya sendiri suka agak gugup. Saya tahu bahwa kita mempunyai industri desain grafis dengan harga yang tidak pernah terpatok di satu nominal. Infact, kisaran harga jasa desain dari studio satu dengan lainnya bisa jadi sangat jomplang. Kita bisa mendapati harga 15 milyar dari studio anu untuk satu kasus redesain sebuah logo, sementara di banyak situs freelance job online setiap harinya bertebaran lelang proyek desain (logo)seharga 200 atau bahkan hanya 50$.

Barangkali, ketiadaan standar harga jasa desain memang muncul karena industri mempersepsi dan memperlakukan desain grafis sebagai 'seni murni '(kita bisa mendapati perbedaan harga karya yang sangat jomplang dari satu seniman dengan seniman lainnya) yang karenanya menjadi sangat relatif. Saya belum tahu pasti. Yang saya tahu pasti ialah fakta bahwa yang dinamakan 'Standar' adalah semacam kesepatan kolektif -formal atau tidak- dan negeri ini punya sedikit -terlalu sedikit- infratruktur, minat, pengetahuan, dan skill kolektif untuk membuat 'Standar-standar untuk dirinya' tersebut.

Lihat saja, meskipun perkembangan teknologi internet dan media terbukti mendorong munculnya beberapa kolektif desain grafis, harus diakui bahwa dari perkumpulan-perkumpulan -yang memang masih terlalu sedikit dan berada di awal-awal pertumbuhan ini- kita tidak dapat berharap terlalu banyak. Ada lebih sedikit atau mungkin bahkan tidak ada, dari perkumpulan tersebut, yang tertarik untuk memasukkan standarisasi harga dalam program atau kebijakannya. Akademi-akademi desain sudah bermunculan, beberapa diantaranya memperoleh 'kesuksesan' penjualan dan profit, namun sebagian besar sulit keluar dari urusan teknis rumah tangga masing-masing. Tidak mungkin pula berharap banyak dari pemerintah. Kreatifitas yang mendasari seluruh aktifitas desain dan desain grafis, seringkali pula disebut-sebut sebagai biang kerok dari kerumitan dan kehilangan motivasi untuk membuat standarisasi.

Yang jelas, dalam situasi seperti inilah desain grafis di negeri ini beroperasi. Beberapa orang mencari-cari standar dan tidak menemukan apa-apa selain kisaran harga untuk dijadikan referensi, beberapa merasa punya standar padahal nyatanya tidak pernah ada kesepakatan yang jelas mengenai standar tersebut. Beberapa komunitas/ asosiasi storyboard artist saya dengar sudah mulai menerapkan standarisasi tarif, sementara sebagian besar llustrator saya percaya, masih beroperasi secara sporadis. Apa memang yang diharapkan dari situasi Outlaw Zone seperti ini?

Tidak mudah untuk dapat mengambil sikap yang objektif dan juga strategis. Saya sendiri memberlakukan kebijakan yang sangat spesifik (yang tidak menggantungkan pada 'standar-standar' harga yang katanya ada di industri) untuk studio saya. Saya tidak pernah tahu pasti apakah hal yang saya lakukan itu benar karena tidak pernah ada indikator standarisasi kolektif untuk mengukurnya. Satu hal yang saya tahu pasti. Dengan budget ini, kebutuhan studio terpenuhi, dan yang jelas, saya punya obat bagi kegugupan saya.
Read more!

Sunday, November 02, 2008

Apakah logo anda berfungsi?: Tes Sederhana

Kecuali anda memang berniat untuk menghambur-hamburkan uang dan sumber daya, memeriksa dampak dari sebuah logo yang anda miliki adalah sesuatu yang penting. Berikut cara super hemat dan sangat sederhana yang pernah saya lakukan.
  1. Cetaklah logo anda menjadi sticker dalam jumlah yang banyak. Anda bisa pakai printer rumahan yang anda punya untuk mencetak logo anda di kertas label sticker, anda bisa meluangkan waktu untuk memesan cutting sticker bila anda mau. Sesuaikan ukuran logo dengan bidang sticker, dan cetaklah dengan berbagai ukuran.
  2. Letakkan sticker-sticker yang sudah dicetak di tempat yang dilalui oleh staff anda. Bila perlu, letakkan kertas bertuliskan, "Silahkan ambil semaumu. Gratis, tis, tis"
  3. Perhatikan.
Anda akan terkejut melihat bagaimana -bahkan tanpa kertas bertulisan pun- staff anda akan mengambil dan menempelkan sticker tersebut di properti yang mereka miliki. Bila ini yang terjadi. Selamat!, logo anda telah dirasa 'penting', patut dibanggakan oleh staff anda, dan pastinya; berfungsi. Bila bukan ini yang terjadi, waspadalah. Barangkali staff anda adalah orang-orang yang gak pedulian, barangkali brand anda tidak mempunyai imej dan nilai yang cukup kuat untuk dibanggakan, atau bahkan bisa jadi logo anda memang tidak bekerja. Mudah-mudahan tidak begitu. Selamat mencoba.
Read more!

Saturday, November 01, 2008

Logo adalah Jangkar



Sebuah jangkar tidak mewakili keseluruhan fungsi dari kapal laut. Hanya ada satu tugas dari sebuah jangkar; menjaga agar kapal tidak ngeloyor kemana-mana. Bila brand anda adalah sebuah kapal laut, dan seluruh gerak-gerik brand anda adalah rute dimana kapal tersebut berlayar, logo adalah jangkar dari brand anda. Ini berarti dua hal, pertama; brand anda bisa ngapa-ngapain, bisa begini, bisa begitu, namun hanya akan ada satu benda sederhana yang membuat brand anda bisa berlabuh; sebuah logo. Kedua; anda bisa merancangnya sedemikian rumit, glamour, hi-tech, atau apapun, namun pada dasarnya hanya ada satu tugas sederhana yang dituntut dari sebuah logo; memastikan brand anda -di tempat, dan saat yang tepat- berlabuh. Begitulah adanya sebuah jangkar dan logo.
Read more!